Tips Mengelola Pegawai untuk Raih Resistensi Perusahaan
Dalam Job Outlook Report 2022, hasil survey JobStreet menemukan bahwa setidaknya ada 4 faktor yang memengaruhi ketertarikan talent untuk bekerja di sebuah perusahaan, yaitu.
Peluang Pengembangan Karir
Kultur Kerja Sehat dan Inklusif
Dari laporan ini, untuk menghindari dampak dari turnover rate yang tinggi pada dasarnya dimulai dari proses rekrutmen talent yang tepat, pengelolaan pegawai, serta hadirnya kultur kerja yang inklusif. Ini dia tips yang bisa Anda aplikasikan agar dapat menghindari problematika resign massal karyawan.
1. Transformasi Digital Pandemi membuat perusahaan dihadapkan dengan dua pilihan: antara beradaptasi dengan sistem kerja digital atau kehilangan kemampuan berbisnis akibat tergerusnya dampak pandemi seperti lockdown. Banyak manajemen perusahaan masih punya persepsi buruk bahwa WFH dan WFA akan membuat pegawai malas-malasan dan kurang produktif.
Kenyataannya, kebijakan WFH dan WFA yang diterapkan banyak perusahaan terbukti dapat mendukung pertumbuhan positif ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari PDB (Produk Domestik Bruto) yang tumbuh sebesar 7.2% pada tahun 2021 meski dihadapkan pandemi yang mematikan.
Sebagian besar pegawai digital ini membuktikan diri mereka tetap bisa produktif di tengah krisis meski tak harus ke kantor setiap hari. Pada dasarnya, hal ini karena mayoritas pekerja di Indonesia sendiri adalah Gen Z dan Milenial yang melek digital.
Justru, hal ini membuat banyak talent semakin sadar bahwa mereka punya peluang karir yang lebih baik dibanding situasi sebelum pandemi. Mereka merupakan 'citizens of the world' yang bisa mendapatkan pekerjaan di seluruh dunia, tanpa harus ke kantor setiap hari.
Persaingan tak hanya terjadi antara kandidat untuk mendapat pekerjaan. Kini, Anda sebagai perekrut juga berkompetisi dengan perusahaan global untuk merekrut talent terbaik. Karena itu, transformasi digital adalah hal krusial yang harus segera Anda terapkan jika tidak ingin kehilangan pegawai-pegawai Anda.
2. Upskilling dan Reskilling Terlepas perusahaan Anda bergerak khusus di sektor digital ataupun bukan, banyak kandidat semakin tertarik dengan profesi berbasis digital karena menawarkan kompensasi, jenjang karir, dan benefit yang lebih menggiurkan.
Dari hasil laporan JobStreet Decoding Global Talent 2021, ditemukan bahwa banyak responden yang mempertimbangkan untuk pindah kerja 2-3 tahun ke depan ingin mempelajari skill baru agar bisa berpindah ke bidang IT, digitalisasi, automasi, dan analisis data.
Sementara itu, banyak responden yang merupakan pekerja di profesi non-digital sangat berminat untuk reskilling hanya untuk punya peluang lebih besar untuk bekerja di bidang IT, digitalisasi, automasi, dan analisis data.
Dari survey kami tersebut, terdapat 68% pekerja digital mengatakan bahwa mereka setidaknya menghabiskan waktu selama beberapa pekan atau lebih setiap tahunnya untuk mengembangkan keterampilan. Karena seiring berjalannya waktu, skill set baru yang menunjang pekerjaan berbasis digital tentu menjadi hal yang penting bagi pertumbuhan perusahaan.
Karena transisi tren minat kandidat di pasar kerja ini, Anda sebagai perekrut perlu mempertimbangkan adanya program upskill dan reskill bagi karyawan atau pun calon karyawan Anda. Sebagai contoh sederhana, tim marketing perusahaan Anda harus mengantongi skill digital marketing untuk menghadapi tantangan baru penjualan di era perkembangan digitalisasi.
3. Hadirkan Lingkungan Kerja Inklusif Pada hasil survei yang sama, mayoritas responden (61%) setuju bahwa inklusivitas menjadi faktor yang lebih penting selama setahun terakhir. Hadirnya kesetaraan ini sedemikian pentingnya sebagaimana pernyataan 53% pekerja digital berusia di bawah 30 tahun yang setuju untuk menghindari perusahaan yang tidak mendukung dan menghadirkan kondisi ini di tempat kerja.
Dengan menjunjung prinsip inklusivitas di tempat kerja, banyak keuntungan yang bisa Anda dapatkan sebagai perekrut. Menjunjung tinggi nilai inklusivitas memungkinkan Anda untuk memikat talent global terbaik dan memiliki tingkat resistensi pegawai yang lebih tinggi.
Selain itu, keberagaman ini dapat memicu tingkat produktivitas yang lebih baik karena hadirnya ruang aman dan terbuka adalah bentuk dukungan perusahaan agar pegawai bisa menyalurkan ide kreatif, berekspresi, serta saling tukar pengalaman dengan nyaman.
4. Kedepankan Work-life Balance Di beberapa kasus, well-being karyawan bisa terganggu karena mereka kesulitan memisahkan waktu kerja dan pribadi, entah itu karena load kerja yang terlalu banyak atau pekerjaan yang sering masuk di luar jam kerja. Hal ini menjadikan keinginan dan kesadaran untuk mencapai work-life balance semakin tinggi bagi pegawai ataupun kandidat.
Karena itu, untuk mempertahankan pegawai Anda, perusahaan harus membuat langkah signifikan untuk menghadirkan hal ini agar tetap kompetitif. Misalnya, memberi kompensasi finansial, jatah cuti, dan tunjangan yang dapat membuat karyawan atau calon karyawan perusahaan tertarik untuk terus bekerja di perusahaan Anda.
5. Menemukan Talent Terbaik Bersama JobStreet Selain menerapkan tips pengelolaan pegawai, untuk menghindari turnover rate yang tinggi juga perlu dimulai dari awal perekrutan pegawai. Jika Anda dapat dipertemukan dengan pegawai yang cocok dengan kebutuhan perusahaan, maka besar kemungkinan pegawai itu akan termotivasi untuk berkarir jangka panjang di perusahaan Anda.
Lalu, bagaimana caranya? Anda bisa memulai langkah menemukan karyawan yang cocok dengan perusahaan Anda dengan JobStreet! Solusi Rekrutmen Lengkap kami memberikan fitur yang dapat mempertemukan perusahaan dengan kandidat yang tepat dengan mudah, cepat, dan efisien.
Anda bisa langsung terhubung dengan preferensi kandidat yang Anda cari melalui JobStreet. Mulai dari lama pengalaman kerja yang dimiliki, spesialisasi bidang profesi dan sektor bisnis, rentang gaji yang sesuai, hingga skill set dan kualitas diri yang Anda cari dari kandidat.
Pada akhirnya, menemukan talent yang tepat dan mengelola karyawan agar bisnis perusahaan dapat berjalan maksimal bukanlah tantangan mudah. Karena itu, pastikan untuk terus menambah wawasan Anda mengenai tren perekrutan terkini, preferensi pegawai masa kini dalam bekerja, hingga laporan eksklusif lainnya di laman Insights JobStreet.
Di JobStreet kami selalu berupaya mengantarkan pekerjaan yang bernilai untuk Anda. Sebagai Partner Karier, kami berkomitmen membantu pencari kerja menemukan passion dan tujuan dalam setiap langkah karier. Sebagai Partner Talent nomor 1 di Asia, kami menghubungkan perusahaan dengan kandidat tepat yang dapat memberikan dampak positif dan berkualitas kepada perusahaan.
Temukan pekerjaan yang bernilai untuk Anda. Kunjungi JobStreet hari ini.
Tentang SEEK di Asia SEEK adalah grup perusahaan, yang terdiri dari bisnis rekrutmen online, pendidikan, komersial dan nirlaba. SEEK memberikan kontribusi positif pada kehidupan orang banyak dalam skala global. SEEK terdaftar dalam Australian Securities Exchange, dan menjadi salah satu dari 100 perusahaan terbesar. Di Asia, SEEK beroperasi dengan brand JobStreet dan JobsDB, platform ketenagakerjaan terbesar di Asia dan pilihan utama bagi kandidat dan perusahaan. SEEK menarik lebih dari 500 juta kunjungan per tahun di enam pasar yang dioperasikannya, yaitu Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Tentang SEEK Limited SEEK adalah grup perusahaan, yang terdiri dari bisnis rekrutmen online, pendidikan, komersial dan nirlaba. SEEK memberikan kontribusi positif pada kehidupan orang banyak dalam skala global. SEEK terdaftar dalam Australian Securities Exchange, dan menjadi salah satu dari 100 perusahaan terbesar. Pada tahun 2022, SEEK diakui sebagai salah satu dari Australia’s Top Ten Places to Work in Tech dalam penghargaan AFR BOSS Best Places to Work. Tahun ini, SEEK merayakan 25 tahun membantu warga Australia menjalani kehidupan kerja yang lebih memuaskan dan produktif.
Tidak mengherankan untuk penjudi baru yang tidak mengetahui apa itu artinya turnover. Dalam kamus perjudian yang besar maksud turnover perjudian adalah jumlah taruhan / taruhan yang telah kita pasang dalam tempo tertentu.
Turnover tidaklah berpengaruh terhadap menang atau kalahnya taruhan kita. Tetapi bila kita mengikuti promo tertentu, umumnya bandar tempat kita bermain akan menyertakan syarat turnover yang harus dipenuhi.
Banyak penjudi pemula berpikir turnover adalah jumlah yang harus dihabiskan selama deposit, atau jumlah kekalahan.
Untuk menghitung sistem di setiap putaran, menang atau kalah dihitung dalam turnover. Sementara Draw, Rejected dan Kosong tidak akan dimasukkan dalam jumlah putaran.
Bila syarat tidak dipenuhi, maka kita tidak bisa klaim withdraw yang sudah kita dapatkan. Lantas bagaimana cara perhitungan dan apakah arti turnover dalam judi? Berikut ini kami berikan penjelasannya.
Cara menghitung Turnover
Turnover dalam judi adalah total dari apa yang sudah kita bet / pasang dalam periode atau putaran tertentu. Istilah turnover ini bisa digunakan pada permainan sportsbook, live casino, slot hingga poker.
Berapapun nominal yang kalian pasang, apakah itu menang atau kalah, akan dihitung sebagai turnover. Kalau bicara soal turnover, harus juga dilengkapi dengan periode tergantung sebagai apa turnover dibutuhkan.
Dalam situs agen judi casino biasanya menggunakan turnover untuk bonus cashback, bonus promo member baru hingga bonus mingguan dan lainnya.
Sebagai contoh, kita menghitung turnover selama seminggu terakhir dari tanggal 19-25 Agustus untuk mendapat bonus mingguan.
Dari jumlah yang kamu pasangkan di atas, ini berarti bahwa kamu mempunyai perolehan 100 + 200 + 500 + 25 = 825,000 turnover. Meskipun modal yang tersisa Rp300,000.
Selanjutnya, bila kamu mengambil bonus atau promo tertentu, biasanya dikenakan syarat turnover.
Misalnya syarat turnover 10X, maka kita tinggal tambahkan dari deposit + bonus dan kemudian kalikan.
Keuntungannya adalah, dengan modal yang lebih besar, kalian harus bermain dengan sabar dan menikmati setiap jalannya permainan.
Apakah di perusahaan kalian bekerja sering melihat karyawan banyak yang resign? kemudian perusahaan merekrut kembali orang lain tapi tidak lama setelah itu karyawan nya resign juga? Sepertinya fenomena seperti itu sudah familiar ya. Mayoritas akan berfikir hal tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan HRD nya dalam melakukan tugas nya. Tentulah tidak sepenuhnya benar, karena banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Sebelum kita bahas lebih jauh, ada baiknya kita ketahui dulu apa itu istilah Turnover Intentions. Harninda (1999: 27) menjelaskan bahwa turnover intentions pada dasarnya adalah sama dengan keinginan berpindah karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya. Dapat digarisbawahi hanya baru sampai keinginan untuk berpindah, belum sampai pada tahap realisasi yaitu berpindah tempat kerja. Turnover intentions merupakan bentuk keinginan karyawan untuk berpindah ke perusahaan lain.
Menyambung dari bahasan bahwa fenomena banyaknya karyawan yang resign disebabkan oleh ketidakmampuan HRD dalam melakukan tugasnya. Bukan berarti HRD merupakan satu-satunya pihak yang disalahkan jika tingkat turnover karyawan cukup tinggi di perusahaan. Dalam interaksi kerja seorang karyawan, ada 4 pihak yang bersinggungan dalam proses kerja karyawan, yaitu :
1. Atasan Langsung2. Tim Kerja3. Rekan Kerja / lingkungan kerja4. HRD
Umumnya karyawan yang memiliki keinginan untuk berpindah dikarenakan ketidaksesuaian dengan kesepakatan awal, kekecewaan atas pemenuhan hak nya, budaya kerja yang tidak cocok, ketidakcocokan dengan rekan kerja, serta minimnya peluang untuk progress pengembangan karir kedepannya. Hal ini terjadi di beberapa lapisan karyawan mulai dari karyawan dengan kontribusi kerja biasa hingga "top perfomer" juga bisa mengalaminya.
Masing-masing pihak diatas berkontribusi dalam kenyamanan serta efektivitas kerja seorang karyawan.
Semua pihak diatas ditambah peran utama manajemen lah yang berkontribusi besar dalam turnover yang terjadi.
Pergantian karyawan atau keluar masuknya karyawan dari perusahaan adalah suatu fenomena penting dalam kehidupan organisasi. Ada kalanya pergantian karyawan memiliki dampak positif. Namun sebagian besar pergantian karyawan membawa pengaruh yang kurang baik terhadap perusahaan, baik dari segi biaya maupun dari segi hilangnya waktu dan kesempatan untuk memanfaatkan peluang.
Indikasi terjadinya turnover intention
Turnover intention ditandai dengan berbagai hal yang menyangkut perilaku karyawan, antara lain:
1. Absensi yang meningkat
Lihat Worklife Selengkapnya
Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.
Pandemi jelas berdampak besar bagi bursa kerja di Indonesia. Jika pada akhir tahun 2020 banyak perusahaan memotong beban pengeluaran dengan mengadakan PHK besar-besaran, memasuki 2022 terdapat problematika baru yaitu the Great Resignation. Fenomena ini menyebabkan turnover rate menjadi tantangan signifikan bagi perusahaan.
Apa itu turnover rate? Bagi sebuah perusahaan, adanya pegawai yang resign memang merupakan hal yang biasa, apalagi pada waktu-waktu tertentu seperti kondisi setelah gaji ke-13 atau tunjangan hari raya (THR) atau periode bonus.
Namun, turnover rate atau angka resign yang tinggi bisa menjadi masalah besar bagi perusahaan jika terus-menerus terjadi dan di waktu bersamaan. Hal ini biasa disebut sebagai fenomena the Great Resignation di mana pegawai mengundurkan diri secara bersamaan dan dalam jumlah yang besar.
Apakah perusahaan Anda dirasa sedang menghadapi permasalahan ini? Jika iya, artikel ini akan membantu Anda untuk memahami apa itu turnover rate, dampak buruknya, hingga tips mengelola pegawai agar perusahaan punya resistensi dari the Great Resignation.
Dampak Turnover Rate bagi Perusahaan
Banyak perusahaan mengalami kesulitan mempertahankan pegawainya dan mendapatkan kandidat baru yang tepat karena transisi tren kerja pasca-pandemi. Hal ini bisa dipengaruhi banyak faktor, mulai dari tingginya tingkat karyawan yang resign kerja karena tidak betah, kurang menariknya sistem dan budaya kerja perusahaan dengan tren kerja yang dicari talent masa kini, hingga kurangnya daya saing perusahaan dari segi benefit yang diminati oleh kandidat.
Jika hal ini terus terjadi, maka dampak buruk yang bisa Anda hadapi adalah tantangan di bawah ini.
1. Kehilangan Karyawan Berpengalaman Setiap karyawan tentu punya peran krusialnya masing-masing bagi jalannya perusahaan. Namun, jika ternyata yang resign adalah karyawan yang berpengalaman, disukai dan menjadi role model mayoritas karyawan lainnya, serta memahami seluk-beluk perusahaan dengan sangat baik, maka hal ini bisa menjadi kerugian signifikan bagi Anda.
Keputusan resign karyawan dengan kualitas ini besar kemungkinan bisa memengaruhi kondisi pegawai lainnya, entah itu memicu keinginan untuk resign juga atau mengalami penurunan produktivitas kerja.
2. Terhambatnya Pertumbuhan Perusahaan Ketika banyak karyawan memutuskan untuk resign, tentu saja produktivitas perusahaan akan menurun. Hal ini karena kekosongan peran karyawan yang resign akan menuntut karyawan lainnya membantu proses transisi pegawai baru. Hal ini akan memecah fokus kerja dan memengaruhi keseluruhan sistem kerja perusahaan.
Jika hanya satu atau dua orang yang resign, mungkin performa dan tempo kerja perusahaan masih bisa dipertahankan. Namun, turnover yang tinggi dampaknya sangat besar sehingga banyak posisi kosong akan menyebabkan produktivitas perusahaan terganggu.
Pada akhirnya, ketika ini terjadi, karyawan yang bertahan akan memikul beban kerja yang jauh lebih besar. Maka, bukan tidak mungkin kondisi kekosongan ini bisa memicu pegawai yang bertahan untuk resign juga.
3. Pengeluaran Berlebih untuk Rekrutmen Ketika berbicara soal apa itu turnover, pasti hal ini akan berhubungan dengan rekrutmen kembali untuk mengisi peran karyawan yang resign. Tentunya, perekrutan karyawan baru bukan hal yang mudah karena butuh waktu, tenaga, dan biaya.
Mulai dari proses mengiklankan lowongan, interview puluhan bahkan ratusan kandidat, memutuskan kandidat mana yang sesuai, hingga onboarding karyawan. Terlebih lagi, jika perusahaan Anda diharuskan membayar pesangon untuk banyak pegawai yang resign secara bersamaan.
Apa Itu Turnover Rate Tinggi Pasca-pandemi?
Setelah perekonomian Indonesia membaik, banyak perusahaan mulai menyadari bahwa keputusan untuk PHK besar-besaran di awal pandemi ternyata punya dampak buruk signifikan bagi tumbuh kembang perusahaan. Hal ini karena transisi sistem kerja berbasis teknologi yaitu WFH atau work from anywhere (WFA) bisa menjadi solusi pertumbuhan perusahaan tanpa harus PHK.
Sistem kerja ini membuat mayoritas talent yang sudah beradaptasi dengan kenyamanan WFA menyadari bahwa sistem kerja ini lebih menarik. Karena itu, mendekati 2022 ketika banyak perusahaan mewajibkan pegawainya work from office kembali, banyak pegawai memilih untuk resign dan mencari pekerjaan baru yang berbasis remote saja.
Alasan tersebut menjadi salah satu penyebab banyak perusahaan mengalami turnover rate yang tinggi. Sederhananya, transisi yang beberapa kali terjadi karena efek pandemi menghadirkan perubahan masif dalam preferensi talent memilih tempat dan sistem kerja yang dirasa ideal bagi karirnya.